Renungan

Maafkan Kami Bangsaku

Maafkan kami bangsaku
Maafkan kami yang selalu ribut
Maafkan kami yang sering maruk
Sementara kau terus hidup dalam kabut
Makin lama hidupmu makin terpuruk

Maafkan kami bangsaku
Kami ini berlimpah peti harta
Kami ini bergelar seribu sarjana
Pagi siang malam ditopang sarana
Tapi tenggelam dalam jurang nista

Maafkan kami bangsaku
Tangan kami sibuk menunjuk dan mengepal
Lidah kami tak hentinya bersilat
Semua kami atasnamakan masyarakat
Layaknya pedagang di pasar obral

Maafkan kami bangsaku
Kepalan tangan kami lebih kuat dari uluran
Omongan kami lebih hebat dari bantuan
Ampun seribu ampun ya Tuhan
Kami tak mau tahu apa yang mereka rasakan

Maafkan kami bangsaku
Teguranmu tak kami hiraukan
Teriakanmu tak kami dengarkan
Tangisanmu tak kami pedulikan

Maafkan kami bangsaku
Kami terlena enaknya dunia maya
Kami termakan bujukan modal
Prinsip kami jual layaknya sundal
Kami pun tak lagi layak dipercaya

Janganlah kau banyak harapkan kami
Kau bisa bangun sendiri
Kau bisa jadi berdikari
Kau bisa lebih baik dari kami
Ambillah ilmu kami
Gunakanlah modal kami

Dosa kami mungkin tak tertebus
Tapi masa depanmu kelak maju terus
Izinkanlah kami untuk berkarya
Curahkan segala daya upaya

Terimalah kembali kami ini
Karena kaulah yang empunya bangsa
Kami yakin kita semua bisa
Kita mulai dari hari ini

Maafkan kami bangsaku
Gunakanlah kami bangsaku
Kami kini sedia tanggung beban
Kita bangun masa depan

 

Rotterdam, 2 Desember 2006
Michael C. Putrawenas

This entry was posted in Contemplations, Indonesia and tagged , , , . Bookmark the permalink.
  • Byline

    Michael is a professional leader in the fields of energy investments, complex commercial deals, and sustainability with extensive international experience. His personal interests span from socio-political issues, history, and culture.

  • From the Archives

    The Strategic Case of Climate Change for Indonesia

    It is critical to frame the issue of climate change as a problem to the population. It should not be seen only as a problem to the environment, since it also poses grave challenges to social and economic development. Planet Earth has been in existence for more than four billion years and has gone through solar storms, meteor impacts and several ice ages. Several dozens of high-grade hurricanes and meters of rising sea level will not jeopardize the planet as much as it will demolish the people living on it.The window of opportunity for Indonesia to embed climate change considerations into its development plan and muster international support to undertake a low carbon development is still open – but not for long.